Peluang Investasi Tangkap Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo Banda Aceh Sangat Menjanjikan


Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui berbagai tawaran daya tarik investasi, iklim investasi yang aman dan nyaman serta kemudahan berusaha lainnya ease of doing business

Rahmadhani, M. Bus

BANDA ACEH – Pertumbuhan ekonomi suatu daerah melalui kegiatan investasi, baik investasi dalam negeri (PMDN), maupun investasi luar negeri (PMA) diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan, memperkuat kemandirian ekonomi daerah, menyelesaikan berbagai persoalan sosial ekonomi lainnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Semakin tinggi realisasi investasi tentunya diharapkan akan berdampak positif pada peningkatan PDRB Aceh dan pertumbuhan ekonomi di daerah, yang selanjutnya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan lapangan usaha baru bagi masyarakat.

BACA JUGA:

Pemerintah Aceh melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh bersama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya terus melakukan berbagai langkah strategis dalam rangka menarik minat penanam modal atau investor ke Aceh.

Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui berbagai tawaran daya tarik investasi, iklim investasi yang aman dan nyaman serta kemudahan berusaha lainnya ease of doing business.

Selain menciptakan berbagai kemudahan dalam berinvestasi di Aceh. Pemerintah juga telah membangun sebuah Kawasan Peruntukan Investasi (KPI) yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan seperti di sektor kelautan dan perikanan, yaitu dengan membangun Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, di kawasan Lampulo Banda Aceh.

Pembangunan PPS Kutaraja, Lampulo yang merupakan pelabuhan perikanan Tipe A yang bertaraf internasional. Pelabuhan tersebut diresmikan pada tanggal 13 Desember 2015 bertepatan dengan Hari Nusantara ke – 15 oleh Wakil Presiden H. M. Jusuf Kalla dan disaksikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti saat itu.

Pada tanggal 21 Juli 2016 PPS Lampulo ditingkatkan statusnya dari Pelabuhan Perikanan (PP) melalui Keputusan Menteri Kelautan Perikanan No. 31/KEPMEN-KP/2016 tentang peningkatan status Pelabuhan Perikanan (PP) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.

Sejak 7 Januari 2014, PPS Lampulo telah menjalankan operasionalnya di lokasi baru dengan lahan darat seluas 59.8 ha sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 72 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan, Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja pada Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. PPS Lampulo selanjutnya berubah menjadi PPS Kutaraja Sejak 22 Juni 2018

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, Lampulo – Banda Aceh memiliki lokasi yang strategis dan potensial sebagai tempat berinvestasi yang mulai dibangun pada tahun 2007 di atas lahan milik Pemerintah Aceh seluas 51 ha. Dari luas lahan tersebut sebanyak 34 ha diperuntukkan bagi industri sektor kelautan dan perikanan.

Lokasi tersebut diharapkan dapat berkembang sebagai salah satu kawasan investasi strategis, khususnya berkembang sektor primer dan sekunder di sektor kelautan dan perikanan.

Keunggulan lain dari PPS Kutaraja, Lampulo adalah lokasi kawasan yang berdekatan dengan pasar lokal dan mayoritas penduduk di Kota Banda Aceh, Aceh Besar dan masyarakat sekitarnya yang mengkonsumsi ikan laut sebagai lauk sehari-hari dengan jumlah relatif besar.

Potensi Tangkapan Ikan

Aceh memiliki potensi produksi ikan sebesar 180 ton per hari. Saat ini PPS Kutaraja rata-rata dapat memproduksi ikan sebanyak 45-60 ton per hari atau baru tergarap 33-40 persen. Kondisi ini memperlihatkan bahwa potensi investasi tangkap ikan masih sangat terbuka lebar dan berpeluang memberikan hasil yang lebih besar.

Permintaan ikan di Aceh juga sangat tinggi. Khusus Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, permintaan satu jenis ikan, yaitu jenis Yellow Tuna Fin berkisar 50 ton per hari, sedangkan produksi yang mampu dihasilkan hanya 23-30 ton per hari.

Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa peluang investasi penangkapan ikan masih sangat menguntungkan. Kapasitas produksi saat ini belum mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Bahkan industri pengolahan ikan yang ada saat ini masih sulit berkembang disebabkan kesulitan dalam memperoleh bahan baku ikan.

Sebagai contoh usaha pembuatan tepung ikan, usaha ini sulit meningkatkan produksi karena terkendala terbatasnya bahan baku ikan. Jika dilihat dari perkembangan harga ikan, harga ikan cukup mahal di pasaran. Harga yang kompetitif sangat potensial dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Referensi: Laporan Analisis Investasi Sektor Perikanan Pada PPS Kutaraja Lampulo Banda Aceh (DPMPTSP Aceh, 2022)

CKR Food Meuseuraya Lestarikan Terasi Langsa Lewat Inovasi Produknya


Sebagai warisan budaya, Terasi Langsa harus dilestarikan oleh generasi muda agar tidak hilang begitu saja ditelan zaman

Nova Maulia

BANDA ACEH – Sejak dahulu masyarakat Aceh sudah sangat dekat dengan terasi Langsa. Apalagi ibu-ibu rumah tangga yang saban waktu mengolah menu makanan untuk kebutuhan keluarga mereka. Terasi ebi Kota Langsa adalah menu yang wajib disediakan.

Sebab itu sudah sangat tepat bila terasi Langsa menjadi salah satu warisan budaya Aceh yang ditetapkan oleh pemerintah.

Bukan tanpa alasan, tapi karena nama terasi Langsa sudah sangat melegenda. Terasi Langsa dikenal dengan cita rasanya yang sangat enak dan lezat.

BACA JUGA :

Sebagai warisan budaya, maka harus dilestarikan oleh generasi muda agar tidak hilang begitu saja ditelan zaman.

Itulah spirit awal Nova Maulia, owner CKR Food Meuseuraya Kota Langsa dalam membangun usahanya dengan produk unggulan terasi. Ia ingin terasi Langsa tidak hanya dikenal di tingkat lokal dan nasional, namun bisa pula menjangkau pasar internasional.

Perjalanan usaha ini sendiri mulai dirintis oleh Nova Maulia sejak 2017 silam. Karena melihat peluang dan potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Kota Langsa yang berada di bagian pesisir timur Aceh memiliki potensi sumberdaya perikanan yang melimpah.

Nova Maulia (foto pribadi)

Lantas ia pun berpikir untuk mengolah dan mengembangkan usaha produk terasi di bawah bendera usaha yang diberi nama CKR Food Meuseuraya.

“Produk terasi Langsa yang diproduksi CKR Food Meuseuraya kini telah dikemas dengan menarik menggunakan kemasan food grade untuk memberikan nilai lebih dan inovasi bagi konsumen pecinta kuliner/makanan khas Aceh,” ucap Nova Maulia.

Katanya lagi, CKR Food juga telah mengembangkan produk terasi dengan berbagai varian. Diantaranya ada terasi yang siap saji, terasi bubuk sangrai, siwang, sambal, dan ebi paper dengan harga yang sangat terjangkau. Semuanya sudah memiliki izin edar dan sertifikat halal.

Dalam menjalankan bisnisnya itu Nova Maulia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. CKR Food Meuseuraya tidak hanya berfokus pada jual beli saja, namun juga memperhatikan soal kehalalan, akhlak dalam berbisnis. Semuanya adalah ibadah muamalah dalam berwirausaha yang menjadi kekuatan usaha nya.

Atas komitmen tersebut, CKR Food Meuseuraya berhasil terpilih sebagai Juara II pada ajang Lomba Wirausaha Muda Syariah Tahun 2023 yang digelar oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Nova Maulia mengaku saat ini masih banyak tantangan yang ia harus hadapi, terutama bagaimana menjaga kualitas produk agar tetap lebih bagus dari kompetitor, dan brand product nya eksis di tengah-tengah pasar yang semakin bersaing.

“Mohon dukungan dan bimbingan para konsultan dan pendamping UKM agar CKR Food Meuseuraya dapat mengangkat terasi Langsa ke pasar yang lebih luas,” tutur Nova Maulia sambil mengakhiri perbincangan.