CKR Food Meuseuraya Lestarikan Terasi Langsa Lewat Inovasi Produknya


Sebagai warisan budaya, Terasi Langsa harus dilestarikan oleh generasi muda agar tidak hilang begitu saja ditelan zaman

Nova Maulia

BANDA ACEH – Sejak dahulu masyarakat Aceh sudah sangat dekat dengan terasi Langsa. Apalagi ibu-ibu rumah tangga yang saban waktu mengolah menu makanan untuk kebutuhan keluarga mereka. Terasi ebi Kota Langsa adalah menu yang wajib disediakan.

Sebab itu sudah sangat tepat bila terasi Langsa menjadi salah satu warisan budaya Aceh yang ditetapkan oleh pemerintah.

Bukan tanpa alasan, tapi karena nama terasi Langsa sudah sangat melegenda. Terasi Langsa dikenal dengan cita rasanya yang sangat enak dan lezat.

BACA JUGA :

Sebagai warisan budaya, maka harus dilestarikan oleh generasi muda agar tidak hilang begitu saja ditelan zaman.

Itulah spirit awal Nova Maulia, owner CKR Food Meuseuraya Kota Langsa dalam membangun usahanya dengan produk unggulan terasi. Ia ingin terasi Langsa tidak hanya dikenal di tingkat lokal dan nasional, namun bisa pula menjangkau pasar internasional.

Perjalanan usaha ini sendiri mulai dirintis oleh Nova Maulia sejak 2017 silam. Karena melihat peluang dan potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Kota Langsa yang berada di bagian pesisir timur Aceh memiliki potensi sumberdaya perikanan yang melimpah.

Nova Maulia (foto pribadi)

Lantas ia pun berpikir untuk mengolah dan mengembangkan usaha produk terasi di bawah bendera usaha yang diberi nama CKR Food Meuseuraya.

“Produk terasi Langsa yang diproduksi CKR Food Meuseuraya kini telah dikemas dengan menarik menggunakan kemasan food grade untuk memberikan nilai lebih dan inovasi bagi konsumen pecinta kuliner/makanan khas Aceh,” ucap Nova Maulia.

Katanya lagi, CKR Food juga telah mengembangkan produk terasi dengan berbagai varian. Diantaranya ada terasi yang siap saji, terasi bubuk sangrai, siwang, sambal, dan ebi paper dengan harga yang sangat terjangkau. Semuanya sudah memiliki izin edar dan sertifikat halal.

Dalam menjalankan bisnisnya itu Nova Maulia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. CKR Food Meuseuraya tidak hanya berfokus pada jual beli saja, namun juga memperhatikan soal kehalalan, akhlak dalam berbisnis. Semuanya adalah ibadah muamalah dalam berwirausaha yang menjadi kekuatan usaha nya.

Atas komitmen tersebut, CKR Food Meuseuraya berhasil terpilih sebagai Juara II pada ajang Lomba Wirausaha Muda Syariah Tahun 2023 yang digelar oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Nova Maulia mengaku saat ini masih banyak tantangan yang ia harus hadapi, terutama bagaimana menjaga kualitas produk agar tetap lebih bagus dari kompetitor, dan brand product nya eksis di tengah-tengah pasar yang semakin bersaing.

“Mohon dukungan dan bimbingan para konsultan dan pendamping UKM agar CKR Food Meuseuraya dapat mengangkat terasi Langsa ke pasar yang lebih luas,” tutur Nova Maulia sambil mengakhiri perbincangan.

Geliat Koperasi Samudera Mandiri Syariah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggotanya


Para anggota juga diajarkan cara membuat pembukuan sehingga kini mereka bisa mudah mengakses pembiayaan ke perbankan melalui pendampingan oleh Tenaga Pendamping Usaha Kelautan dan Perikanan (TPUKP) dalam program Gisela Direktorat UI Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Provinsi Aceh.

Bismiana

Ekonomi kerakyatan wujudnya adalah koperasi. Melalui badan usaha koperasi, kesejahteraan ekonomi anggota akan tercapai. Seperti halnya Koperasi Samudera Mandiri Syariah di Gampong Layeun, Kecamatan Leupung, Aceh Besar yang ingin memajukan usaha bersama.

Koperasi produsen yang didirikan pada tahun 2021 oleh pelaku usaha olahan ikan asin di Gampong Layeun dan Pulot itu kini semakin menggeliat untuk memajukan ekonomi bersama anggotanya.

Kecamatan Leupung merupakan sentra ekonomi perikanan disamping juga perkebunan dan potensi pariwisata bahari. Sehingga sangat cocok mengembangkan produk perikanan untuk mendukung pariwasata di kawasan itu.

Jika melintasi daerah ini, bisa dilihat di sekeliling koperasi terdapat puluhan kios penjual olahan ikan asin berjejer di sepanjang jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh tersebut. Ikan asin produksi Leupung diminati oleh pasar karena cita rasanya yang enak.

Dari sisi kemasan juga kian menarik, administrasi usaha sudah lengkap, dan daya jangkau penjualan semakin jauh.

Sebagai informasi Leupung berada di pesisir Samudera Hindia. Sama halnya dengan Lhoong, saat tsunami kawasan ini lenyap ditelan air bah. Warga kemudian bangkit dengan usaha olah ikan asin.

Kini sebagian besar pelaku usaha pengolahan ikan asin di Leupung telah bergabung dalam Koperasi Samudera Mandiri Syariah yang kini dipercayakan Sinta Dewi (Ketua), Nuri Fitria Susanti (Sekretaris), dan Bismiana (Bendahara).

Ketika saya berkunjung ke Kantor Koperasi Samudera Mandiri Syariah, Senin (19/06/2023), Bismiana menuturkan, usaha mereka mulai berkembang. Dulu mereka hanya mengandalkan pembeli yang melintasi jalan nasional itu, tetapi kini mereka ikan asin Leupung sudah mulai masuk ke pasar ritel.

Bismiana masih ingat beberapa tahun setelah tsunami mereka masih menjual secara tradisional. Kemasan menggunakan plastik bening tanpa embel-embel merek.

Namun, saat telah terbentuk nya Koperasi yang sekarang ini dan melalui pendampingan LSM lokal pelaku usaha di kawasan itu berbenah. LSM tersebut membantu re-branding tampilan lebih menarik dan sesuai untuk segmen pasar menengah.

Para anggota juga diajarkan cara membuat pembukuan sehingga kini mereka bisa mudah mengakses pembiayaan ke perbankan melalui pendampingan oleh Tenaga Pendamping Usaha Kelautan dan Perikanan (TPUKP) dalam program Gisela Direktorat UI Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Provinsi Aceh.

“Banyak anggota kami saat ini telah mendapatkan fasilitas kredit usaha rakyat dari bank BSI berkat adanya pendampingan oleh tenaga perikanan, dan pihak bank juga sering datang ke tempat kami untuk menawarkan fasilitas modal usaha,” ungkap Bismiana.

Sementara Sinta Dewi, yang menjabat sebagai ketua juga menuturkan, saat ini pihaknya sedang mengembangkan program pengadaan untuk anggota.

Pengadaan yang ia maksud adalah Koperasi membeli ikan segar atau hasil tangkapan nelayan, kemudian diolah menjadi produk ikan asin atau lainnya. Setelah itu ikan asin yang sudah siap jual tersebut disalurkan kepada anggota untuk dipasarkan.

Dengan model bisnis seperti ini maka koperasi akan mendapatkan keuntungan, begitu juga anggota diberikan keuntungan yang dapat ditambahkan atas harga jual kepada konsumen oleh koperasi.

Saat penulis berkunjung, kebetulan pengurus koperasi dan dibantu oleh beberapa anggota sedang mengemas udang sabu kering untuk didistribusikan kepada anggota yang memiliki usaha pemasaran atau memiliki kios penjualan.

Tidak terbatas hanya udang sabu kering saja, nanti juga menyesuaikan dengan komoditas perikanan apa yang sedang dibawa oleh nelayan.

“Dengan model usaha seperti ini maka koperasi dan anggota akan sama-sama hidup dan mendapatkan keuntungan. Dan yang lebih penting keuntungan yang diperoleh koperasi nanti akan kembali lagi kepada anggota,” tutur Sinta Dewi didampingi Nuri Fitria Susanti.