Geliat Koperasi Samudera Mandiri Syariah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggotanya


Para anggota juga diajarkan cara membuat pembukuan sehingga kini mereka bisa mudah mengakses pembiayaan ke perbankan melalui pendampingan oleh Tenaga Pendamping Usaha Kelautan dan Perikanan (TPUKP) dalam program Gisela Direktorat UI Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Provinsi Aceh.

Bismiana

Ekonomi kerakyatan wujudnya adalah koperasi. Melalui badan usaha koperasi, kesejahteraan ekonomi anggota akan tercapai. Seperti halnya Koperasi Samudera Mandiri Syariah di Gampong Layeun, Kecamatan Leupung, Aceh Besar yang ingin memajukan usaha bersama.

Koperasi produsen yang didirikan pada tahun 2021 oleh pelaku usaha olahan ikan asin di Gampong Layeun dan Pulot itu kini semakin menggeliat untuk memajukan ekonomi bersama anggotanya.

Kecamatan Leupung merupakan sentra ekonomi perikanan disamping juga perkebunan dan potensi pariwisata bahari. Sehingga sangat cocok mengembangkan produk perikanan untuk mendukung pariwasata di kawasan itu.

Jika melintasi daerah ini, bisa dilihat di sekeliling koperasi terdapat puluhan kios penjual olahan ikan asin berjejer di sepanjang jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh tersebut. Ikan asin produksi Leupung diminati oleh pasar karena cita rasanya yang enak.

Dari sisi kemasan juga kian menarik, administrasi usaha sudah lengkap, dan daya jangkau penjualan semakin jauh.

Sebagai informasi Leupung berada di pesisir Samudera Hindia. Sama halnya dengan Lhoong, saat tsunami kawasan ini lenyap ditelan air bah. Warga kemudian bangkit dengan usaha olah ikan asin.

Kini sebagian besar pelaku usaha pengolahan ikan asin di Leupung telah bergabung dalam Koperasi Samudera Mandiri Syariah yang kini dipercayakan Sinta Dewi (Ketua), Nuri Fitria Susanti (Sekretaris), dan Bismiana (Bendahara).

Ketika saya berkunjung ke Kantor Koperasi Samudera Mandiri Syariah, Senin (19/06/2023), Bismiana menuturkan, usaha mereka mulai berkembang. Dulu mereka hanya mengandalkan pembeli yang melintasi jalan nasional itu, tetapi kini mereka ikan asin Leupung sudah mulai masuk ke pasar ritel.

Bismiana masih ingat beberapa tahun setelah tsunami mereka masih menjual secara tradisional. Kemasan menggunakan plastik bening tanpa embel-embel merek.

Namun, saat telah terbentuk nya Koperasi yang sekarang ini dan melalui pendampingan LSM lokal pelaku usaha di kawasan itu berbenah. LSM tersebut membantu re-branding tampilan lebih menarik dan sesuai untuk segmen pasar menengah.

Para anggota juga diajarkan cara membuat pembukuan sehingga kini mereka bisa mudah mengakses pembiayaan ke perbankan melalui pendampingan oleh Tenaga Pendamping Usaha Kelautan dan Perikanan (TPUKP) dalam program Gisela Direktorat UI Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Provinsi Aceh.

“Banyak anggota kami saat ini telah mendapatkan fasilitas kredit usaha rakyat dari bank BSI berkat adanya pendampingan oleh tenaga perikanan, dan pihak bank juga sering datang ke tempat kami untuk menawarkan fasilitas modal usaha,” ungkap Bismiana.

Sementara Sinta Dewi, yang menjabat sebagai ketua juga menuturkan, saat ini pihaknya sedang mengembangkan program pengadaan untuk anggota.

Pengadaan yang ia maksud adalah Koperasi membeli ikan segar atau hasil tangkapan nelayan, kemudian diolah menjadi produk ikan asin atau lainnya. Setelah itu ikan asin yang sudah siap jual tersebut disalurkan kepada anggota untuk dipasarkan.

Dengan model bisnis seperti ini maka koperasi akan mendapatkan keuntungan, begitu juga anggota diberikan keuntungan yang dapat ditambahkan atas harga jual kepada konsumen oleh koperasi.

Saat penulis berkunjung, kebetulan pengurus koperasi dan dibantu oleh beberapa anggota sedang mengemas udang sabu kering untuk didistribusikan kepada anggota yang memiliki usaha pemasaran atau memiliki kios penjualan.

Tidak terbatas hanya udang sabu kering saja, nanti juga menyesuaikan dengan komoditas perikanan apa yang sedang dibawa oleh nelayan.

“Dengan model usaha seperti ini maka koperasi dan anggota akan sama-sama hidup dan mendapatkan keuntungan. Dan yang lebih penting keuntungan yang diperoleh koperasi nanti akan kembali lagi kepada anggota,” tutur Sinta Dewi didampingi Nuri Fitria Susanti.

Menkop dan UKM: Pembiayaan UMKM dan Koperasi Bergeser ke Sektor Riil


Prioritas program ke depan akan menyasar langsung pelaku UMKM dan koperasi anak muda, perempuan dan fokus untuk mendukung pengembangan usaha yang ramah lingkungan.

Teten Masduki

Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM telah meletakkan lima pondasi adaptasi pengembangan Koperasi dan UMKM yang telah dijalankan di tahun 2022 sebagai langkah pemulihan ekonomi yakni; kemudahan akses pembiayaan, perluasan pasar dan digitalisasi, kemitraan, pendataan dan reformasi birokrasi.

Teten Masduki Menteri Koperasi dan UKM menjelaskan, berkaca dari populasi generasi milenial, generasi Z, dan generasi post gen Z mencapai 64,69% dari total 270,20 juta jiwa penduduk. Maka, perempuan anak muda dan ekonomi hijau akan menjadi penggerak ekonomi ke depan. Kepemimpinan Indonesia di G20 juga disebut menjadi momentum pemulihan transformatif.

“Oleh sebab itu 70% dari prioritas program ke depan akan menyasar langsung pelaku UMKM dan koperasi anak muda, perempuan dan fokus untuk mendukung pengembangan usaha yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Kemudian, pemulihan transformatif kedua ialah mendorong pembiayaan UMKM dan koperasi bergeser dari sektor perdagangan ke sektor riil. Teten menjelaskan, melalui sektor riil pembukaan lapangan pekerjaan akan lebih luas dan memperkuat kemandirian pangan nasional.

“Saya udah dapat arahan dari Presiden supaya kita mengurangi impor, karena itu harus diperkuat sektor riil produksi bukan lagi hanya sektor perdagangan. Maka pembiayaan LPDB kita patok 40% untuk sektor rill agar juga memacu pembiayaan perbankan dan nonperbankan lebih terkonsolidasi ke dalam ekosistem sektor riil,” ungkap Teten.

Pemulihan transformatif tahun 2022 selanjutnya di sektor UMKM dan koperasi ialah meningkatkan jumlah UMKM untuk masuk ke ekosistem digital sebesar 30%, atau 20 juta UMKM ditargetkan go digital. Saat ini UMKM yang telah on boarding ke ekosistem digital sebesar 16,9 juta pelaku usaha.

“Tahun depan kita targetkan sekitar 20 juta [go digital], ini tahapan untuk mencapai 30 juta pada tahun 2024,” ujarnya. (*)